Mahasiswa ilmu Komunikasi Atmajaya Yogyakarta melangsungkan praktek pembelajaran di Lereng Merapi pada Senin 27 Mei 2024. Kegiatan ini dimaksudkan untuk mnegawinkan keilmuan mahasiwa. Sebelumnya sudah banyak teori di dalam kelas, kemudian belajar langsung di lapangan oleh praktisi-praktisi Merapi. Ada 54 Mahasiswa yang mengikuti sekolah lapang di Merapi. Dari ke 54 mahasiswa tersebut ada 1 mahasiswa International yang berasal dari Germany. Teman-teman mahasiswa didampingi oleh Dosen Atmajaya Bapak Marioa Antonius Birowo, Phd. Awalnya mereka berkumpul di masjid Jami’ Shalahudin, Petung terlebih dahulu untuk diberi pegantar oleh Andi Ferdana (Direktur Merapi Instititute). Andi menjelaskan apa itu Hunian tetap, kenapa warga pindah ke hunian tetap, dan kegiatan-kegiatan masyarakat di hunian tetap. Selanjutnya teman-teman mahasiswa berkunjung ke desa petung lama. Disana mahasiswa dibagi kedalam 4 kelompok untuk menyususi dusun petung lama. dalam 1 kelompok dipandu oleh 1 orang praktisi merapi. Masasiswa mendapat pengetahuan langsung mengenai komunikasi bencana, bagaimana masyarakat meyampaikan informasi mengenai bencana khususnya Erupsi merapi kepada anak cucu mereka. Komunikasi penting karena ketika terjadi bencana banyak informasi yang simpang-siur dan alat komunikasi terbatas karena biasanya sinyal provider hilang saat terjadi bencana.

Erupsi Merapi tidak bisa dihentikan tapi kita sebagai warga bisa memninimalisir korban dengan komunikasi yang baik

Teman-teman mahasiswa sangat antusias dengan sekolah lapang ini karena selama ini mereka hanya belajar teori di kelas dengan sekolah lapang ini mereka melihat langsung kejadian dan mempraktekan apakah teori yang mereka dapat bisa dipalikasikan dalam kehidupan bermasyarakat.